
Apa Kata Kaum Muda Tentang Politik? Riset Ungkap Kriteria Figur
Pemilih muda (rentang usia 17-39 tahun), utamanya generasi milenial dan generasi Z, akan menjadi penyumbang suara terbesar dalam Pemilu 2024. Jumlahnya mencapai lebih dari 107 juta, atau 50-60% dari total 204 juta daftar pemilih tetap (DPT) secara nasional.
Artinya, secara tidak langsung mereka akan menjadi penentu kebijakan negara dalam politik praktis.
Namun, bagaimana pandangan para kaum muda sendiri terhadap politik elektoral?
Sejak Mei 2023 hingga saat ini, saya melakukan riset mengenai dinamika dan interaksi antara berbagai kelompok individu di Pulau Derawan, Kalimantan Timur. Salah satu subtema pembahasannya adalah pandangan kelompok muda terhadap politik dan Pemilu 2025.
Riset ini melibatkan delapan responden dari berbagai latar belakang profesi dan menggunakan metode wawancara mendalam. Mereka adalah aparatur sipil negara, pedagang pernak-pernik, nelayan, dan sejarawan lokal. Seluruhnya adalah profesi yang banyak berinteraksi dengan masyarakat, sehingga wawancara mendalam dengan mereka bisa mewakili sebagian besar pendapat masyarakat Pulau Derawan.
Rentang usia mereka adalah 30-45 tahun, terdiri dari tiga perempuan dan lima laki-laki. Jumlah penduduk di Pulau Derawan sendiri saat ini hanya sekitar 1.506 orang, dan sebagian besar dari mereka termasuk generasi milenial (lahir tahun 1981-1996) dan generasi Z (lahir tahun 1997-2012).
Hasil temuan sementara https://antadeldorado.com/ mengindikasikan adanya dua pandangan yang terbelah terhadap politik.
Pertama, ada yang tertarik dengan politik, sehingga mereka memiliki kriteria dan harapan terhadap para pemimpin politik – figur dan partai politik.
Kedua, ada yang tidak tertarik dengan politik atau dikenal sebagai apolitis, yang menyebabkan mereka tidak memiliki kriteria terhadap calon pemimpin atau pandangan terhadap politik.
Figur dan Partai Politik di Mata Kaum Muda
Partai politik dan figur-figur politik sebenarnya adalah dua entitas yang tak terpisahkan. Ini karena keberhasilan partai politik hampir selalu dipengaruhi oleh figur partai politik itu sendiri. Mereka yang mampu memenangkan hati rakyat akan turut memperbesar pengaruh partai politik tersebut.
Enam dari delapan narasumber saya yang mewakili kelompok muda mengaku tertarik dan peduli dengan politik. Sedangkan sisanya apolitis.
Mereka yang peduli dengan politik menjabarkan lebih detail seperti apa kriteria figur pemimpin, figur politik, serta partai politik yang mereka harapkan.
Secara garis besar, ada empat kriteria yang mereka harapkan dari siapa pun pemimpin yang terpilih dari kontestasi politik.
Pertama adalah seiman. Dua dari tiga narasumber perempuan memandang agama sebagai modal utama untuk memilih calon pemimpin masa depan. “Seiman” adalah kata yang pertama kali mereka sebut sebagai kriteria figur politik yang mereka harapkan. Mereka meyakini bahwa ajaran agama mereka – Islam – adalah yang terbaik, sehingga individu yang seiman dianggap cocok untuk memimpin mereka.
Kedua adalah yang memahami kondisi di daerah. Bagi para pemilih muda, baik laki-laki maupun perempuan. Pemahaman terhadap kondisi daerah setempat merupakan hal wajib yang harus dikuasai oleh calon pemimpin politik. Ini mencakup penguasaan bahasa daerah, adat istiadat, dan budaya setempat. Tidak hanya sekadar selebrasi dan datang kampanye dengan mengenakan pakaian daerah.
Baca Juga : Menghadapi Pemilu 2024: Tantangan Sikap Politik Warga Negara